Jakarta, Indonesia
(021) 2297 5383
info@azecotama.com

Bank Bank Di Indonesia, Takut Kasih Kredit

Bank Bank Di Indonesia, Takut Kasih Kredit

Bank Bank Di Indonesia

Depok – Bank-bank di Indonesia saat ini dikabarkan tengah menjalani periode selektif dalam menyalurkan kredit, merespons merosotnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan meningkatnya risiko utang di tengah kondisi global yang memicu kehati-hatian di sektor keuangan.

Menurut Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia, Banjaran Surya Indrastomo, permintaan kredit terhadap perbankan secara keseluruhan mengalami peningkatan, seperti terlihat dari data pertumbuhan kredit pada Oktober 2023 yang mencapai 8,99%, sedikit lebih tinggi daripada bulan sebelumnya yang hanya mencatat 8,96%.

Namun, Banjaran menjelaskan bahwa pertumbuhan permintaan kredit tidak diimbangi oleh pertumbuhan DPK. Pertumbuhan DPK pada Oktober 2023 hanya sebesar 3,43%, jauh lebih rendah dibandingkan September 2023 yang mencapai 6,54%. Keadaan likuiditas yang menurun menjadi salah satu alasan bank-bank menjadi lebih selektif dalam menyalurkan kredit.

Banjaran menyebutkan bahwa melemahnya pertumbuhan DPK disebabkan oleh penempatan dana bank di instrumen milik Bank Indonesia, seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI). Meskipun instrumen tersebut awalnya ditujukan untuk menarik investasi asing, Banjaran menyoroti bahwa dalam prakteknya, instrumen tersebut lebih banyak menarik dana dari dalam negeri.

Selain itu, Banjaran mengungkapkan bahwa perbankan saat ini juga tengah menghitung risiko dalam penyaluran kredit. Meskipun risiko pembiayaan secara keseluruhan menurun, beberapa sektor seperti perdagangan besar, infrastruktur, dan industri pengolahan menunjukkan tren kenaikan kredit macet (NPL).

“Peningkatan profil risiko ini membuat perbankan lebih selektif untuk memastikan kualitas pembiayaan dan kreditnya tetap terjaga,” ujar Banjaran. Dia juga menambahkan bahwa faktor global, seperti kebijakan suku bunga tinggi The Fed dan konflik geopolitik, turut mempengaruhi keputusan perbankan dalam menyalurkan kreditnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengingatkan perbankan agar tidak terlalu banyak menempatkan dana di instrumen Bank Indonesia dan Surat Berharga Negara (SBN). Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa keputusan perbankan untuk berinvestasi di instrumen tersebut bukan tanpa alasan, mengingat likuiditas perbankan yang menurun dan permintaan kredit yang melambat.

“Dalam kondisi permintaan kredit yang cenderung turun, perbankan harus mencari cara untuk tetap menghasilkan. Penempatan dana di instrumen BI menjadi salah satu opsi di tengah keterbatasan permintaan kredit,” kata Josua.

Demikian berita terkini mengenai kebijakan selektif bank-bank di Indonesia dalam menyalurkan kredit di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.